BAB I
PENDAHULUAN
Di dalam sejarahnya, bahasa Indonesia telah berkembang cukup menarik.
Bahasa Indonesia yang tadinya hanya merupakan bahasa Melayu dengan pendukung
yang sangat kecil telah berkembang menjadi bahasa Indenesia yang besar. Bahasa
ini telah menjadi bahasa lebih dari 200 juta rakyat di Nusantara Indonesia.
Sebagian besar di antaranya juga telah menjadikan bahasa Indonesia sebagai
bahasa pertama. Bahasa Indonesia yang tadinya berkembang dari bahasa Melayu itu
telah “menggusur” sejumlah bahasa local (etnis) yang kecil. Bahasa Indonesia
yng semulanya berasal dari bahasa Melayu itu bahkan juga menggeser dan
menggoyahkan bahasa etnis-etnis yang cukup besar, seperti bahasa Jawa dan
bahasa Sunda. Bahasa Indonesia telah menjadi bahasa dari masyarakat baru yang
bernama masyarakat Indonesia. Di dalam persaingannya untuk merebut pasar kerja,
bahasa Indonesia telah mengalahkan bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia.
Bahasa Indonesia juga telah tumbuh dan berkembang menjadi bahasa yang modern
pula.
Perkembangan yang demikian akan terus berlanjut. Perkembangan tersebut akan
banyak ditentukan oleh tingkat kemajuan masyarakat dan peran yang strategis
dari masyarakat dan kawasan ini di masa depan. Diramalkan bahwa masyarakat
kawasn ini, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Brunai Darussalam,
dan Filipina akan menjadi salah satu global-tribe yang penting di dunia. Jika
itu terjadi, bahasa Indonesia (lebih jauh bahasa Melayu) juga akan menjadi
bahasa yang lebih bersifat global. Proses globalisasi bahasa Melayu (baru) untu
kawasan Nusantara, dan bahasa-bahasa Melayu untuk kawawsan Asia pasifik
(mungkin termasuk Australia) menjadi tak terelakkan. Peran kawasan ini
(termasuk masyarakatnya, tentu saja) sebagai kekuatan ekonomi, industri dan
ilmu pengetahuan yang baru di dunia, akan menentukn pula bagaimana perkembangan
bahasa Indonesia (dan bahasa Melayu) modern. Bahasa dan sastra Indonesia sudah
semenjak lama memiliki tradisi cosmopolitan. Sastra modern Indonesia telah
menggeser dan menggusur sastra tradisi yang ada diberbagai etnis yang ada d
Nusantara.
Perubahan yang terjadi itu tidak hanya menyangkut masalah struktur dan
bahasa, tetapi lebih jauh mengungkapkan permasalahan manusia baru (atau lebih
tepat manusia marginal dan tradisipnal) yang dialami manusia di dalam sebuah
proses perubahan. Lihatlah tokoh-tokoh dalam raoman dan novel Indonesia.
Lihatlah tokoh Siti Nurbaya di dalam roman Siti Nurbaya, tokoh Zainudin di
dalam roman Tenggelamnya kapar Van Der Wijck, tokoh Hanafi di dalam roman Salah
Asuhan, tokh Tini, dan Tono di dalam novel Belenggu, sampai kepada tokoh Lantip
di dalam roman Priyayi. Mereka adalah tokoh-tokoh yang berusaha masuk ke dunia
yang baru, dunia yang global dengan tertatih-tatih.
Dengan demikian, sastra Indonesia (dan Melayu) modern padahakikatnya adalah
sastra yang berada pada jalur yang mengglobal itu. Sebagaimana dengan
perkembangan bahasa Indonesia, sastra Indonesia tidak ada masalah dalam
globalisasi karena ia memangbersaa di dalamnya. Yang menjadi soal adalah
bagaimana menjadikan bahasa dan sastra itu memiliki posisi yang kuat di
tengah-tengah masyarakatnya. Atau lebih jauh, bagaimana langkah untuk
menjadikan masyarakatnya memilikui posisi kuat di tengah-tengah masyarakat
dunia (lainnya).
BAB II
PENGERTIAN SASTRA
2.1 Pengertian
Sastra
Sastra (sansakerta : shastra) merupakan kata serapan dari bahasa sansakerta
Sastra, yang berarti “teks yang yang mengandung intruksi” atau “pedoman”, dari
kata dasar Sas- yang berarti “intruksi” atau “ajaran”. Dalam bahasa Indonesia kata
ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis
tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
Selain dalam arti esusatraan. Sastra biasa dibagi menjadi sasta tertulis
atau sastra lisan (sastra oral). Sasta tidak banyak berhubungan dengan tulisan,
tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengeksplorasi pengalaman atau
pemikiran.
2.2 Fungsi Sastra
Dalam kehidupan
masyarakat sastra memilik beberapa fungsi, yaitu:
- Fungsi
rekreatif, yaitu sastra dapat memberikan hiburan yang menyenengkan bagi
pembacanya.
- Fungsi
didaktif, yaitu sastra mampu mengaarhkan atau mendidik pembaacanya karena
nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung didalamnya.
- Fungsi
estetis, yaitu sastra mampu memberikan keindahan bagi pembacanya.
- Fungsi
moralitas, yaitu sastra mampu memberikan pengetahuan kepada pembaca
sehinggatahu moral yang baik danburuk, karena satra yang baik selalu mengandung
moral yang inggi.
- Fungsi
religius, yaitu sastra menghasilkan karya-karya yang mengandung ajaran-ajaran
agama yang dapat diteladani para pembaca sasra.
3.1 Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis puisilama yang sangan luas dikenal dalam
bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahas Jawa, misalnya dikenal parikan dan dalam
bahasa sunda dikenal sebagai paparikan. Pantun terdiri atas empat larik (empat
baris bila dituliskan), bersajak akhir dengan pola a-b-a-b (tidak boleh
a-a-a-a). Pantun pada umumnya merupakan sastra lisan namun sekarang dijympai
juga pantun tertulis. Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian sampiran dan
isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam dan
biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain
untuk mengantarkan rima/dajak. Dua baris terahir adalah isi, yang merupakan
isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
No comments:
Post a Comment