Tuesday, February 7, 2017

biografi does dekker

Image result for douwes dekkerDouwes Dekker terlahir dari keluarga yang berada. ayahnya bernama Auguste Henri Edoeard Douwes Dekker yang bekerja sebagai agen di sebuah bank ternama yang bernama Nederlandsch Indisch Escomptobank. Kemudian Ibunya bernama Louisa Neumann, orang Belanda yang memiliki darah keturunan Indonesia.

Douwes Dekker diketahui memiliki saudara berjumlah tiga orang. Pendidikan Douwes Dekker pertama kali dimulai kota Pasuruan. Tamat dari sana, ia kemudian masuk di HBS di Surabaya, namun tidak lama disana, orang tuanya kemudian memindahkannya ke sekolah elit di Batavia yang bernama Gymnasium Koning Willem III School. Selepas lulus dari sana, ia kemudian diterima bekerja di kebun kopi di wilayah Malang, Jawa Timur. Disini, beliau kemudian melihat bagaimana perlakuan semena-mena yang dialami oleh para pekerja pribumi di kebun kopi tersebut.

Tindakan semena-mena tersebut membuat Douwes Dekker kemudian biasa membela para pekerja kebun tersebut yang membuat ia cenderung dimusuhi oleh para pengawas kebun yang lain. Hingga membuat ia kemudian berkonflik dengan managernya yang pada akhirnya Douwes Dekker kemudian dipindahkan ke perkebunan Tebu namun ia kemudian tidak lama bekerja disana sebab ia kembali berkonflik perusahaannya karena masalah pembagian irigasi antara perkebunan tebu dan para petani padi diwilayah tersebut yang pada akhirnya membuat ia dipecat dari pekerjaannya.

Setelah dipecat dan menjadi seorang pengangguran, ibunya Louisa Neumann kemudian meninggal dan menyebabkan Douwes Dekker kemudian depresi. Ia kemudian meninggalkan Hindia Belanda dan kemudian ke Afrika Selatan menerima tawaran pemerintah kolonial Belanda untuk ikut berperang dalam perang Boer melawan Inggris pada tahun 1899 dan Di Afrika Selatan, ia bahkan sempat menjadi warga negara disana dan membuat saudaranya yang lain menyusulnya kesana.

Namun Douwes Dekker kemudian ditangkap dan sempat dipenjara disana. Ia kemudian berkenalan dengan sastrawan India yang kemudian membuka pendangan Douwes Dekker mengenai perlakuan semena-mena pemerintahan kolonial Belanda pada masyarakat pribumi. Douwes Dekker kemudian kembali ke Hindia Belanda (Indonesia) tahun 1902. Ia kemudian bekerja sebagai seorang wartawan di koran bernama De Locomotief, karena keahliannya dalam membuat laporan mengenai peperangan.

Tahun 1903, ia kemudian mempersunting seorang wanita keturunan Jerman-Belanda bernama Clara Charlotte Deije yang memberinya lima orang anak. Selama menjadi wartawan di koran De Locomotief, ia banyak mengangkat mengenai kasus kelaparan di wilayah Indramayu. Tulisan-tulisannya sebagai jurnalis banyak mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial.

Saat Douwes Dekker menjadi staf di sebuah majalah bernama Bataviaasch Nieuwsblad di tahun 1907, tulisan-tulisannya condong membela bangsa pribumi dan semakin banyak menkritik pemerintah kolonial Belanda. Salah satu tulisannya yang terkenal yaitu "Hoe kan Holland het spoedigst zijn koloniƫn verliezen?" yang berarti "Bagaimana caranya Belanda dapat kehilangan koloni-koloninya".

Tindakannya tersebut membuat Douwes Dekker menjadi target dari inteljen pemerintah kolonial Belanda. Douwes Dekker juga memberikan tempat tinggalnya saat itu sebagai tempat untuk berkumpulnya para kaum pergerakan ketika itu seperti Sutomo dan Cipto Mangunkusumo. Banyak yang menganggap bahwa berkat bantuan Douwes Dekker, organisasi Budi Utomo sebagai organisasi nasional pertama ketika itu dapat berdiri.

Melihat adanya diskriminasi oleh pemerintahan kolonial Belanda ketika itu terhadap kaum pribumi terutama di bidang pemerintahan dimana banyak posisi-posisi penting di pemerintahan di jabat oleh orang Belanda dan untuk kaum pribumi sendiri hanya dijadikan sebagai pegawai rendahan karena faktor pendidikan. Melihat hal tersebut, Douwes Dekker kemudian memberikan sebuah ide mengenai sebuah pemerintahan Hindia Belanda yang dijalankan oleh para penduduk pribumi asli.

Idenya tersebut ia sampaikan kepada partai Indische Bond dan Insulinde yang ketika itu anggota berasal dari kaum pribumi disamping itu ia juga berharap dari idenya tersebut kedua partai tersebut dapat bergabung. Ide Douwes Dekker tersebut kemudian disambut hangat namun hanya segelintir orang saja yang menyambut idenya tersebut.


Biografi Douwes Dekker - Tokoh Pejuang Kemerdekaan Indonesia
Pada tanggal 25 Desember 1912, Douwes Dekker bersama Suwardi Suryaningrat dan dr. Cipto Mangunkusumo kemudian mendirikan sebuah partai politik yang berhaluan nasionalis pertama yang bernama Indische Partij dan dalam waktu yang tidak terlalu lama, partai ini dapat menghimpun anggota hingga mencapai 5000 orang dan sangat populer dikalangan pribumi Indonesia.

Berkembang pesatnya Indische Partij sebagai partai politik nasional pertama membuat pemerintah Belanda kemudian mencurigai gerak-gerik dari partai ini, ada yang menuduh partai ini anti-kolonial dan bertujuan agar Indonesia dapat merdeka dari tangan Belanda sehingga di tahun 1913, Partai Indische Partij akhirnya dibubarkan oleh pemerintah kolonial Belanda dan para pendirinya yaitu Douwes Dekker, Suwardi Suryaningrat dan dr. Cipto Mangunkusumo

No comments:

Post a Comment